Gerakan Mahasiswa Konstruktif dengan Kreativitas
11.31
Edit
BERBICARA tentang gerakan mahasiswa akan mengingatkan kita kepada perubahan-perubahan yang terjadi sejak zaman orde lama. Kesuksesan gerakan mahasiswa dapat dilihat dari tumbangnya pemerintahan Soekarno (orde lama), peristiwa Malari, hingga pergantian kekuasaan rezim Soeharto.
Namun, seiring dengan berjalannya era reformasi, pergerakan mahasiswa mulai kehilangan arahnya. Banyaknya organisasi ekstra kampus yang mendominasi gerak mahasiswa dan menyebabkan gerakan menjadi tidak independen. Gerakan mahasiswa cenderung destruktif terhadap sarana dan fasilitas negara sehingga menciderai arti “demokrasi”. Gerakan mahasiswa membutuhkan perubahan yang konstruktif demi tercapainya gerakan yang independen, demokratis, dan kreatif.
Soe Hok Gie pernah berkata, gerakan mahasiswa adalah gerakan moral. Gerakan moral digambarkan dengan pahlawan yang muncul untuk mengatasi kekacauan dan segera menghilang saat kekacauan itu mereda.
Analogi ini harus ditanamkan di benak mahasiswa agar terus memberikan pengabdian kepada rakyat tanpa terjun ke dalam politik praktis. Selain itu, gerakan mahasiswa yang konstruktif dapat diwujudkan dengan menjadi agen perubahan yang kreatif, inisiatif, dan inovatif.
Pergerakan yang dikemas dengan kreativitas dapat menarik banyak mahasiswa untuk ikut dalam barisan baik dalam advokasi maupun aksi turun ke jalan dan media untuk mempublikasikan pergerakan mahasiswa. Kreativitas dapat dibentuk dan disesuaikan dengan pola pikir objek atau sasaran pelaku gerakan.
Isu pergerakan yang diangkat pun harus relevan dengan identitas ke”independen”an mahasiswa karena pada hakikatnya mahasiswa independen dari organisasi ekstra dan intra kampus yang bersifat politik. Ketegasan dalam memilih isu dan bertindak menjadi salah satu hal penting yag harus dimiliki mahasiswa sebab belakangan ini pergerakan cenderung mementingkan isu besar seperti kasus century dan mengebelakangkan isu yang memperjuangkan rakyat.
Membangun pergerakan yang menarik juga dapat dilakukan dengan banyak berdiskusi dengan teman sebaya. Cara ini dapat menjadi langkah efektif sebab teman sebaya dengan ikatan yang kuat akan lebih mudah memberikan pandangan dan sugesti dibandingkan dengan orang lain yang nilai kekerabatannya lebih jauh. Selain itu, peran-peran yang berpengaruh di suatu kelompok berguna dalam menerapkan kebijakan yang positif dalam hal gerakan mahasiswa yang konstruktif.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa pergerakan mahasiswa yang konstruktif dapat dibangun dengan mengemas gerakan secara kreatif. Berdiskusi dalam kelompok dan kebijakan dari pemegang pengaruh dalam suatu kelompok dapat menjadi langkah yang efektif dalam mereformasikan gerakan. Mahasiswa sebagai agen perubahan yang memegang prekursor penting dalam kontrol sosial pun harus memiliki sifat yang tegas dan bebas dari pengaruh politik praktis ekstra kampus seperti partai politik unutk menciptakan gerakan yang murni pro-rakyat.
Ni Made Hermiyanti
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat FKM UI
Staf Kastrat BEM IM FKM UI 2011
Namun, seiring dengan berjalannya era reformasi, pergerakan mahasiswa mulai kehilangan arahnya. Banyaknya organisasi ekstra kampus yang mendominasi gerak mahasiswa dan menyebabkan gerakan menjadi tidak independen. Gerakan mahasiswa cenderung destruktif terhadap sarana dan fasilitas negara sehingga menciderai arti “demokrasi”. Gerakan mahasiswa membutuhkan perubahan yang konstruktif demi tercapainya gerakan yang independen, demokratis, dan kreatif.
Soe Hok Gie pernah berkata, gerakan mahasiswa adalah gerakan moral. Gerakan moral digambarkan dengan pahlawan yang muncul untuk mengatasi kekacauan dan segera menghilang saat kekacauan itu mereda.
Analogi ini harus ditanamkan di benak mahasiswa agar terus memberikan pengabdian kepada rakyat tanpa terjun ke dalam politik praktis. Selain itu, gerakan mahasiswa yang konstruktif dapat diwujudkan dengan menjadi agen perubahan yang kreatif, inisiatif, dan inovatif.
Pergerakan yang dikemas dengan kreativitas dapat menarik banyak mahasiswa untuk ikut dalam barisan baik dalam advokasi maupun aksi turun ke jalan dan media untuk mempublikasikan pergerakan mahasiswa. Kreativitas dapat dibentuk dan disesuaikan dengan pola pikir objek atau sasaran pelaku gerakan.
Isu pergerakan yang diangkat pun harus relevan dengan identitas ke”independen”an mahasiswa karena pada hakikatnya mahasiswa independen dari organisasi ekstra dan intra kampus yang bersifat politik. Ketegasan dalam memilih isu dan bertindak menjadi salah satu hal penting yag harus dimiliki mahasiswa sebab belakangan ini pergerakan cenderung mementingkan isu besar seperti kasus century dan mengebelakangkan isu yang memperjuangkan rakyat.
Membangun pergerakan yang menarik juga dapat dilakukan dengan banyak berdiskusi dengan teman sebaya. Cara ini dapat menjadi langkah efektif sebab teman sebaya dengan ikatan yang kuat akan lebih mudah memberikan pandangan dan sugesti dibandingkan dengan orang lain yang nilai kekerabatannya lebih jauh. Selain itu, peran-peran yang berpengaruh di suatu kelompok berguna dalam menerapkan kebijakan yang positif dalam hal gerakan mahasiswa yang konstruktif.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa pergerakan mahasiswa yang konstruktif dapat dibangun dengan mengemas gerakan secara kreatif. Berdiskusi dalam kelompok dan kebijakan dari pemegang pengaruh dalam suatu kelompok dapat menjadi langkah yang efektif dalam mereformasikan gerakan. Mahasiswa sebagai agen perubahan yang memegang prekursor penting dalam kontrol sosial pun harus memiliki sifat yang tegas dan bebas dari pengaruh politik praktis ekstra kampus seperti partai politik unutk menciptakan gerakan yang murni pro-rakyat.
Ni Made Hermiyanti
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat FKM UI
Staf Kastrat BEM IM FKM UI 2011