Politik "Ala" Mahasiswa
23.02
Edit
PADA setiap dinamika kebangsaan yang terjadi di tanah air mahasiswa memang hampir tidak pernah absen untuk turut berperan aktif di dalamnya. Itu semua merupakan wujud nyata darma mahasiswa terhadap bangsa dan negara. Apalagi sebagai kaum intelektual mahasiswa juga menyandang gelar sebagai agen perubahan (agent of change).
Dalam hal ini ada dua tanggung jawab besar yang harus diemban oleh seorang mahasiswa, yaitu tanggung jawab akademik dan tanggung jawab sosial. Tanggung jawab akademik terkait dengan tanggung jawab pengembangan dunia keilmuwan serta penerapannya dalam masyarakat. Tanggung jawab akademik menuntut mahasiswa untuk belajar sesuai dengan bidang keilmuwan yang diambilnya. Sedangkan tanggung jawab sosial mahasiswa tidak bisa dipisahkan dengan peran mahasiswa sebagai agent of change.
Dalam menjalankan peran sebagai agent of change, idealnya tugas seorang mahasiswa tidak hanya menyerukan gerakan perubahan semata, namun juga gerakan-gerakan pembaharuan yang inovatif dalam wujud nyata. Dan untuk mencapai semua itu tidak bisa dilepaskan dari ranah politik.
Kita pun masih ingat dengan jelas betapa melalui kekuatan politik para mahasiswa berhasil menumbangkan hegemoni dan rezim otoriter yang berkuasa waktu itu. Maka jika ditanya “haruskah mahasiswa berpolitik?”, menurut pandangan penulis pribadi, ya, mahasiswa memang perlu “berpolitik”.
Politik ala mahasiswa tentu harus dibedakan dengan politik ala anggota dewan yang rata-rata hanya berorientasi kekuasaan dan kesejahteraan kelompoknya semata. Politik ala mahasiswa idealnya berorientasi pada gerakan politik nilai dan moral.
Mahasiswa sebagai aktor utama gerakan politik nilai dan moral dapat memainkan dua peran penting sekaligus, yaitu control social dan social pressure. Posisi mahasiswa sebagai kontrol sosial terkait tanggung jawab mahasiswa dalam ikut serta mengawasi dan mengawal jalannya demokrasi serta kepemimpinan politik.
Dalam hal ini bukan berarti mahasiswa haus akan kekuasaan, namun lebih pada memainkan peran agar demokrasi dan politik tetap berjalan pada rel yang semestinya. Sedangkan sebagai social pressure mahasiswa memainkan peran menjadi tekanan sosial atas segala ketidakadilan serta kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat.
Menurut pandangan penulis seorang mahasiswa perlu “berpolitik”. Di samping sebagai sebuah pembelajaran, berpolitik dalam artian gerakan nilai dan moral yang dilakukan oleh mahasiswa saat ini sangat diperlukan untuk mengawal jalannya demokrasi di tanah air. Gerakan politik nilai dan moral ini bisa diwujudkan melalui beberapa hal, misalnya; orasi budaya, demonstrasi yang beretika, kritik melalui tulisan di media massa, dsb. Gerakan politik ala mahasiswa idelnya merupakan gerakan yang berbasis moral dan intelektual. Sehingga harus cerdas serta tetap mengedepankan etika.
Cipto WardoyoMahasiswa Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
Dalam hal ini ada dua tanggung jawab besar yang harus diemban oleh seorang mahasiswa, yaitu tanggung jawab akademik dan tanggung jawab sosial. Tanggung jawab akademik terkait dengan tanggung jawab pengembangan dunia keilmuwan serta penerapannya dalam masyarakat. Tanggung jawab akademik menuntut mahasiswa untuk belajar sesuai dengan bidang keilmuwan yang diambilnya. Sedangkan tanggung jawab sosial mahasiswa tidak bisa dipisahkan dengan peran mahasiswa sebagai agent of change.
Dalam menjalankan peran sebagai agent of change, idealnya tugas seorang mahasiswa tidak hanya menyerukan gerakan perubahan semata, namun juga gerakan-gerakan pembaharuan yang inovatif dalam wujud nyata. Dan untuk mencapai semua itu tidak bisa dilepaskan dari ranah politik.
Kita pun masih ingat dengan jelas betapa melalui kekuatan politik para mahasiswa berhasil menumbangkan hegemoni dan rezim otoriter yang berkuasa waktu itu. Maka jika ditanya “haruskah mahasiswa berpolitik?”, menurut pandangan penulis pribadi, ya, mahasiswa memang perlu “berpolitik”.
Politik ala mahasiswa tentu harus dibedakan dengan politik ala anggota dewan yang rata-rata hanya berorientasi kekuasaan dan kesejahteraan kelompoknya semata. Politik ala mahasiswa idealnya berorientasi pada gerakan politik nilai dan moral.
Mahasiswa sebagai aktor utama gerakan politik nilai dan moral dapat memainkan dua peran penting sekaligus, yaitu control social dan social pressure. Posisi mahasiswa sebagai kontrol sosial terkait tanggung jawab mahasiswa dalam ikut serta mengawasi dan mengawal jalannya demokrasi serta kepemimpinan politik.
Dalam hal ini bukan berarti mahasiswa haus akan kekuasaan, namun lebih pada memainkan peran agar demokrasi dan politik tetap berjalan pada rel yang semestinya. Sedangkan sebagai social pressure mahasiswa memainkan peran menjadi tekanan sosial atas segala ketidakadilan serta kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat.
Menurut pandangan penulis seorang mahasiswa perlu “berpolitik”. Di samping sebagai sebuah pembelajaran, berpolitik dalam artian gerakan nilai dan moral yang dilakukan oleh mahasiswa saat ini sangat diperlukan untuk mengawal jalannya demokrasi di tanah air. Gerakan politik nilai dan moral ini bisa diwujudkan melalui beberapa hal, misalnya; orasi budaya, demonstrasi yang beretika, kritik melalui tulisan di media massa, dsb. Gerakan politik ala mahasiswa idelnya merupakan gerakan yang berbasis moral dan intelektual. Sehingga harus cerdas serta tetap mengedepankan etika.
Cipto WardoyoMahasiswa Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta