Idealisme Mahasiswa, Sudahkah di Jalurnya?

Image: corbis.com
Image: corbis.com
BARU–BARU ini hasil survei yang dikeluarkan oleh indobarometer menjadi buah bibir masyarakat. Survei tersebut menyatakan bahwa masyarakat lebih percaya dengan pemerintahan zaman orde baru (orba) dibanding dengan pemerintahan saat ini.

Hasil survei ini tentu saja mencengangkan banyak pihak, bagaimana mungkin pihak yang diganti lebih baik dari pada pihak yang mengganti. Terlebih, proses penggantian ini merupakan hasil tuntutan dari suara mahasiswa agar orde baru lengser dan berdirinya masa reformasi dan demokrasi bangsa ini.

Terlepas dari segala polemik itu, survei tersebut membawa ingatan kita kembali pada aksi mahasiswa yang akhirnya menaklukan orde baru. Peristiwa itulah yang membawa perubahan besar dalam bangsa ini, sampai hari ini. Hal ini membawa kita untuk memahami mahasiswa, peranannya, dan pelaksanaan demokrasi.

Mahasiswa, merupakan corong masyarakat, kaum intelektual yang mampu berdiri untuk membela rakyat, namun apakah implementasi dari demokrasi oleh mahasiswa dewasa ini sudah tepat? Untuk menjawab pertanyaan itu , harus dipahami terlebih dahulu bahwa demokrasi bagi para mahasiswa sangat baik adanya, namun implementasi yang salah dapat berakibat buruk.

Contohnya saja demo–demo yang sering berlangsung di Makassar yang selalu berujung dengan ricuh. Dalam peristiwa ini terdapat penafsiran yang keliru oleh mahasiswa dalam implementasi dari demokrasi itu sendiri.

Mahasiswa menafsirkan bahwa demokrasi adalah kebebasan–kebebasan yang tak terbatas. Oleh karena itu, mahasiswa memilih untuk mengandalkan  segala cara atas nama ‘memperjuangkan rakyat’. Alhasil, usaha mereka berdemo, teriak–teriak, mengumpulkan masa, dll, tak dihiraukan pemerintah dan malah banyak merugikan rakyat.

Demokrasi liberal oleh para kader mahasiswa inilah yang harus kita hindari, karena hal tersebut pada akhirnya malah ikut–ikutan menambah penderitaan rakyat. Sebut saja, demo yang anarkis yang merusak semua barang yang ada di sekitar kantor pemerintahan termasuk lapak–lapak warga, rumah warga, kendaraan warga, bahkan menyakiti warga yang kebetulan berada di tempat peristiwa demo tersebut. Dalam peristiwa ini, mahasiswa merasa sebagai pihak yang paling benar, dan dapat melakukan apa saja agar suaranya didengar.

Demokrasi sesungguhnya adalah kebebasan untuk mengeluarkan pendapat dan bereksperi yang memiliki batas batas berdasarkan nilai-nilai kebenaran dalam masyarakat. Demokrasi dalam konteks ini adalah kebebasan berekspresi yang memiliki batas, dalam artian demokrasi oleh mahasiswa bukan hanya dengan demo–demo anarkis, dan demo merupakan pilihan akhir apabila suara mahasiswa masih diabaikan.

Terdapat berbagai macam praktik demokrasi, misalnya menulis, dialog dengan pemerintah, dll. Kenyataannya, mahasiswa Indonesia saat ini terlalu senang dengan demokrasi yang bebas, yang bisa bersuara dengan sekeras–kerasnya meskipun pada akhirnya aspirasi mereka tak kunjung didengarkan, dan hanya menghasilkan penderitaan untuk rakyat.

Oleh karena itu, dibutuhkan pemahaman yang lebih mendalam oleh mahasiswa mengenai metode untuk menyuarakan pendapatnya. Faktanya, masih banyak metode yang baik dalam menyampaikan aspirasi, dan mahasiswa tak harus mengikuti jejak senior–seniornya yang lebih memilih metode anarkis agar didengarkan aspirasinya.

Mahasiswa sebagai kaum intelek wajib merubah paradigma mengenai demokrasi, dan memahami nilai–nilai yang ada di masyarakat. Jika pada akhirnya aksi demo hanya akan menambah penderitaan rakyat, mengapa tetap dilaksanakan?

Idealisme yang dimiliki oleh mahasiswa merupakan aset bangsa yang sangat berharga. Mahasiswa sebagai alat perubahan berfungsi untuk membela rakyat, dan mengontrol pemerintahan. Karena peran yang sangat sentral itulah dibutuhkan inovasi dan kreativitas mahasiswa dalam penyampaian aspirasinya, agar suaranya didengar tanpa menyakiti rakyat.

Lebih lanjut, diharapkan dengan perbaikan paradigma oleh mahasiswa, rakyat akan menaruh kepercayaannya ‘kembali’ bagi pilar–pilar bangsa ini.

Mega Suci Hidayati

Mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Padjajaran

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel