Kesadaran Terhadap Esensi Organisasi Mahasiswa

KEMAMPUAN awal yang dibutuhkan dalam aktivitas kemahasiswaan adalah kemampuan untuk mendefinisikan. Mendefinisikan keadaan, rumuskan masalah lalu tetapkan tujuan. Begitu pula dalam beropini di berbagai media. Setiap orang berpandangan yang beda–beda. Maka munculah relativitas, di mana baik buruk, benar salah menjadi suatu kecenderungan.

Maka dari itulah kita memerlukan ilmu, yang nantinya akan digunakan untuk mendefinisikan masalah–masalah yang ada, beserta solusinya. Ilmu didapatkan dari pengalaman, baik atau pun buruk, senang atau sedih, bahagia atau menderita, sehat mau pun sakit. Maka karena itu, muncul proses yang dinamakan belajar. Belajar untuk mencapai keberhasilan beropini dalam organisasi.

Keberhasilan dalam beropini merupakan hal yang dipandang berbeda–beda oleh setiap orang. Perlu adanya indikator keberhasilan dalam menetapkan “goal” dari opini yang disiratkan. Apalagi opini tentang gerakan yang bersifat sosial, kegiatan baik atau buruk tidak dapat diukur dengan nilai pasti. Fokus yang akan diangkat dalam tulisan ini adalah tentang dinamika opini dalam organisasi.

Setiap organisasi harus bisa menentukan esensi dari gerakannya sehingga semua pengurus organisasi, mulai dari ketua hingga anggota, dapat memahami esensi kehadiran dirinya dalam organisasi, agar keberhasilan tercapai. Usahakan setiap wadah organisasi terdapat kesepakatan satu suara yang bijak. Perlu kita ingat bahwa kesepakatan bukanlah tujuan, kesepakatan adalah salah satu sarana, untuk mencapai tujuan. Kita menjadi lebih tahu bahwa yang menjadi indikator keberhasilan adalah tujuan.

Organisasi mahasiswa lebih dari sekedar hubungan formal dan komunikasi publik. Organisasi mahasiswa membutuhkan hubungan personal dan emosi yang sejalan. Jika organisasi ingin dijadikan keluarga, lalu keluarga yang seperti apa? Perlu adanya kepedulian yang bersifat personal di dalam keluarga. Tentunya asas perbedaan akan mewarnai dalam suatu keluarga. Perbedaan itu yang dapat menjadi stimulus bagi kita untuk menjadi dewasa, sikap saling menerima dan saling melengkapi. Perbedaan setiap sumber daya manusia merupakan kekuatan berdirinya organisasi yang utuh, integritas, dan penuh kasih sayang.

Karakter setiap orang dalam organisasi, baik pemerintahan, perusahaan, atau ormas lain pasti berbeda–beda. Karakter dibentuk oleh lingkungan dengan banyak faktor yang mempengaruhi. Yang mampu beradaptasi merekalah yang berhasil, yang tidak mampu beradaptasi merekalah yang gagal (terhambat).

Berhasil dalam hal ini diartikan sebagai mempunyai hasil didikan yang mampu beradaptasi di setiap tantangan yang berbeda, mampu beropini dan mengambil sikap yang cepat dan tepat dalam mengatasi masalah yang silih berganti. Jika angkatan yang lebih tua dan angkatan yang lebih muda mampu beradaptasi, mampu saling melengkapi, saling memahami maka keutuhan sebuah organisasi akan menghasilkan prestasi, prestasi untuk bersatu.

Dalam organisasi, sistem pengkaderan menjadi tiang utama tegaknya organisasi. Sama halnya dengan siswa di sekolah, mahasiswa di universitas, maupun pegawai di perusahaan. Setiap orang ibarat suplai kayu bakar yang akan menjadikan api unggun tetap bersinar menyinari sekitarnya.

Pembawaan ketua merupakan kepemimpinan terhadap pemimpin–pemimpin lainya, yaitu anggota. Ketua dan anggota dalam organisasi adalah satu tubuh, satu merasa sakit, semua merasa sakit lalu turun membela kebenaran. Salah satu bentuk pembelaan yaitu dengan beropini. Pendidikan dalam beropini dan berdiskusi sangat direkomendasikan dalam mendidik generasi berkarakter.

Kenyataannya, banyak opini yang tidak terkendali bahkan mencemarkan nama baik hingga menjadi fitnah. Seringkali itu semua bermula dari hal–hal kecil, contohnya sikap saling menyalahkan. Hal itu dapat menjadikan perpecahan di dalam organisasi atau pemerintahan itu sendiri. Ketika kita dituntut tentang suatu hal, kita perlu menanyakan, apa esensi dari tuntutan itu.

Ada hal yang penting dalam dunia mahasiswa yang tidak semua mahasiswa mau mengambil resiko itu, yaitu kontribusi. Efektifkan waktu yang kita miliki sebagai mahasiswa. Buatlah prioritas dan strategi untuk berprestasi dan berkontribusi, agar diri kita menjadi produktif.

Seorang yang “study oriented”, fokus di dunia web, robotika, penelitian, atlet mahasiswa, bahkan “pemberontak” organisasi yang tidak mau tahu masalah di organisasi pun, sebenarnya juga berkontribusi. Dengan beropini mereka sudah ikut berkontribusi.

Setiap orang dalam universitas atau lembaga lainnya memiliki perannya masing–masing. Jika kita memahami peran kita dan mau sekaligus mampu menjalankannya sepenuh hati, maka secara langsung maupun tidak langsung kita telah membuahkan hasil yang kontributif. Nantinya kontribusi beropini beserta tanggapannya akan memacu ke arah keberhasilan, yang menumbuhkan kesadaran, untuk menjadi manusia seutuhnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk bersosial, makhluk berpendidikan, makhluk beretika, dan makhluk bertujuan.

Ridwan Wicaksono

Teknik Elektro UGM
Kepala Departemen Sosial Kemasyarakatan
BEM KM Fakultas Teknik UGM

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel