Mahasiswa Teori, Praktek dan Apatisme


Di saat buruh di PHK (pemutusan Hubungan Kerja) karena resesi Global Yang di buat oleh amerika, secara jelas Amerika menyedot semua Uang dollar yang dimiliki untuk melindungi perekonomian negara. Negara yang mulai luntur keadidayaannya tersebut secara ekonomi. Indonesia dalam hal ini telah terpengaruh sehingga SKB (surat keputusan bersama) 4 menteri yang keluar dengan dalih menyelamatkan perusahaan-perusahaan nasional akan tetapi tersirat bahwa SKB 4 menteri membuat buruh menjadi korban yang tanpa daya karena salah satu isinya memberi peluang pada pengusaha untuk menentukan sendiri gaji buruh yang dibayarkan untuk mengurangi efek dari resesi global. Inilah yang dinamakan orang miskin dikorbankan untuk kepentingan orang kaya demi menyelamatkan perusahaan pribadi, dalam hal ini mahasiswa sebagai calon-calon pekerja yang tersistematis dengan kata lain adalah calon buruh karena keadaan sehingga menjadi element paling rawan menjadi korban kapitalisme. Sehingga muncullah pertanyaan sebenarnya mahasiswa itu sedang dididik menjadi apa oleh Universitas? Apa kegunaan ilmu yang telah diberikan oleh Universitas? Saya rasa hal ini harus dijawab oleh semua Universitas yang ada dan menjadi acuan bagi mahasiswa untuk menentukan kemana arah masa depan generasi bangsa Indonesia ini.

Teori yang melangit

Mahasiswa saat ini telah terinfeksi oleh pendidikan yang tidak kritis serta pragmatis, mahasiswa terus di pusingkan dengan dengan aturan masuk 75% tanpa tahu untuk apa 75 % kehadiran tersebut, tugas-tugas tanpa evaluasi, dan dosen yang menganjurkan untuk tidak “neko-neko” dan cepat lulus dengan IP tinggi lalu apakah lulus cepat dan IP tinggi menjamin masa depan para sarjana? Mahasiswa telah di ajarkan teori-teori keilmuaan yang masih dianggap sebagai cara yang ampuh untuk mengahadapi kompetisi dalam dunia kerja. Teori terus diajarkan sehingga mahasiswa terus mengejar angka-angka yang dianggap sebagai cerminan kemampuan dalam menguasai teori-teori disiplin ilmu. sehingga teori kemudian menjadi sekedar teori yang melangit tanpa ada implementasi (membumi.red) terhadap dunia yang sebenarnya eksis yaitu Organisasi. Inilah salah satu hal yang membuat mahasiswa kemudian Apatis (tidak peduli.red). sehingga menganggap organisasi serta apa yang terjadi pada “dunia mahasiswa” sebagai hal yang sia-sia, membuang waktu, menyusahkan diri sendiri. Dengan pendidikan seperti ini mahasiswa disiapkan untuk menjadi pekerja atau buruh yang siap pakai, kita lihat sekarang mahasiswa Akuntansi disiapkan menguasai teori untuk kemudian bekerja pada perusahaan, mahasiswa Farmasi disiapkan untuk bekerja pada perusahaan-perusahaan obat, dan secara umum mahasiswa disiapkan sebagai buruh siap pakai. Mahasiswa tidak disiapkan sebagai pembuat lowongan kerja atau paling tidak sebagai individu mandiri mampu bermanfaat bagi masyarakat. Bukan hanya itu penyebab mahasiswa apatis akan tetapi juga pribadi-pribadi yang memiliki character building yang lemah akibat dari budaya popular yang hakikatnya memperlakukan apapun untuk kesenangan (hedonisme)
yang orientasinya adalah komersial. Lihat pada salah satu edisi dari kompas minggu lalu yang menyebutkan bahwa pengeluaran mahasiswa di yogyakarta mencapai 300 milyar. Menakjubkan! ini merupakan salah satu indikasi bahwa mahasiswa memiliki karakter sebagai konsumen.



Praktek yang terlupakan

Organisasi telah kehilangan kader-kader yang memiliki kedalaman pemikiran terhadap apa sebenarnya tujuan dari organisasi. Organisasi sebagai sebuah medium untuk membangun kemampuan serta implementasi teori yang kita dapat dari bangku kuliah yang tidak mandiri. Organisasi memberikan kontribusi yang sangat berguna bagi para anggotanya, bagaimana tidak? Saat para anggotanya melakukan pembacaan terhadap Visi-Misi sebuah organisasi yang kemudian dicerminkan pada program kerja yang akan dilaksanakan. Sama halnya anggota tersebut telah belajar mencari kebutuhan atau permasalahan yang harus diselesaikan serta secara otomatis mencari jalan memenuhi atau menyelesaikan kebutuhan atau permasalah tersebut. Ini seharusnya bisa digunakan semaksimal mungkin oleh para mahasiswa, yaitu mengimplementasikan teori dengan praktek, misal mahasiswa akuntansi menjalankan disiplin ilmunya untuk memperbaiki manajemen keuangan organisasi, mahasiswa psikologi mempelajari karakter-karakter anggota serta mempraktekkan disiplin ilmu untuk membangun character building yang kuat dalam berorganisasi, mahasiswa pendidikan mempraktekkan disiplin ilmunya dengan membuat sistem pendidikan organisasi yang efektif. Bukankah itu semua dapat memberikan bekal yang lebih baik dari pada hanya kuliah. Inilah yang dapat disebut sebagai implementasi keilmuan. Lalu apakah itu semua tidak menyadarkan mahasiswa untuk berubah dan tidak apatis? Ini hanya bisa dijawab oleh mahasiswa sendiri. Mari kita sungsungkan lengan baju kita, menempa kemampuan untuk membangun diri, masyarakat, bangsa dan agama.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel